Kamis, 29 Oktober 2009

Doktor


Saya mempunyai seorang teman yang menjadi pejabat di sebuah instansi di kota Malang, pada tahun 2003 atau 2004 dia melanjutkan studi S-3 program Manajemen Pendidikan di Universitas Negeri Malang. Karena kesibukannya, hampir dua kali dia di-DO agar segera menyelesaikan kuliahnya. Akhirnya pada pertengahan 2009 dia bisa menyelesaikan disertasinya dan layak menyandang gelar Doktor di saat dia pensiun dari PNS nanti!


Salah satu dosen pembimbingnya menanyakan apa rencana dia setelah lulus dan mendapat gelar S-3. Dia bilang tidak tahu karena tahun depan dia sudah menginjak MPP (Masa Persiapan Pensiun). Pak dosennya agak kaget, karena beliau sayang kalau ijazah S-3 dari UM kok nggak dipakai dan beliau menyarankan untuk melamar sebagai dosen di universitas swasta. Maka teman saya tadi menjawab,


”Saya tidak terlalu pusing Prof, setelah ini mau apa, yang jelas kalau saya pensiun-pun saya bisa santai, bisa jualan di pasar atau berkebun … “ ”Lho lantas kenapa Bapak harus sekolah tinggi-tinggi, kalau hanya Cuma untuk itu?“

Saya ingin memberi semangat dan contoh kepada anak saya. Masak kalau bapaknya bisa lulus S-3, anak-anaknya cuman sampai S-1..” begitu jawab teman saya.

Itulah sedikit kutipan pembicaraan teman saya dengan dosennya.

Sahabat pembaca sekalian. Saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari teman saya ini, terutama ketika mendengar cerita di atas. Ada dua hal utama hal yang bisa saya catat dengan rapi di benak saya:

Pertama Bahwa seharusnya begitulah seharusnya semangat belajar seseorang, apalagi untuk menuntut ilmu. Anda mungkin tahu, berapa rupiah yang dihabiskan untuk studi S-3 yang harus tertunda-tunda sampai 6 tahun. Jika satu semester SPP nya saja 5 juta.. maka kalau 12 semester berapa? Memang jika di nilai dengan uang sangat besar.. tapi ilmu memang mahal dan butuh pengorbanan.


Kedua Usia bukanlah halangan bagi kita untuk tetap menuntut ilmu. Bukankah ada nasihat bijak yang mengatakan, tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat!
Ketiga Sebagai orang tua, sudah seharusnya memberikan contoh yang baik, apalagi dalam hal menunutut ilmu.

Saudara pembaca yang budiman. Jika saya akan mengkaitkan semua cerita di atas dengan menulis, apakah anda juga mengatakan bahwa spirit teman saya tadi layak diaplikasikan dalam hal tulis menulis.

Maksudnya?

Betapa banyak sebagian dari kita sering berpikir: Ah saya khan sudah tua, buat apa belajar menulis. atau kalaupun sudah menulis, saya mau nulis apa wong sudah tua!

Nah itulah sindrom menjadi orang tua! Selalu merasa terlambat untuk belajar dan memulai hal yang baru.

Bagaimana kalau sekarang kita kikis sindrom itu dengan mengatakan!
”Saya ingin belajar menulis, berapapun usia saya, karena saya ingin anak saya juga cakap dalam menulis!

Bagaimana menurut anda?

******
Tulisan ini adalah rangkaian tulisan dalam kolom Writing Spirit di situs Sukses Tersenyum   


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Mas mudah2an Writing Spiritnya menular neh...Amin...
makasih mas, banyak menginspirasi saya...

the bunglon's on 31 Oktober 2009 pukul 00.29 mengatakan...

Blog motivasi nih.....
kebetulan saya juga lagi belajar nulis, walaupun usia tak muda lagi....
Spirit...spirit...

Posting Komentar

Monggo silahkan komentar di sini :D

 

Tags

Related Resources

Site Info

Powered by FeedBurner

Followers

Writing Spirit! Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template