Saya paling senang kalau berziarah kepada teman-teman atau saudara yang akan berangkat menunaikan ibadah haji. Hal yang paling saya suka adalah mendengarkan ceita bagaimana usaha mereka untuk berangkat haji.
Banyak cerita-cerita yang membuat saya takjub. Misalnya ada teman saya yang pendapatan bulananya bila dihitung secara matematis tidak cukup untuk pergi haji, namun dengan izin Allah ada orang yang meng-ongkosi keberangkatanya. Atau ada teman yang lain, harus bimbang memilih mendaftarkan diri untuk berangkat haji atau membeli rumah (karena dia memang belum punya rumah). Akhirnya dia memutuskan uangnya digunakan untuk berhaji. Subhanallah! Beberapa bulan sebelum berangkat haji, rumah tadi akhirnya terbeli juga. Dan masih banyak lagi cerita-cerita serupa.
Sahabat sekalian, kenapa saya suka ”mengkoleksi” dan ”memburu” cerita-cerita seperti itu?
Jawabannya hanya satu: Karena saya juga ingin menunaikan ibadah haji!
Seperti cerita di atas, kadang saya merasa tidak mungkin untuk berangkat haji. Tetapi dengan mendengarkan cerita tersebut dari sumber pertamanya, saya merasa mendapat energi baru untuk senantiasa meyakini bahwa Allah Maha Kaya dan Maha Berkehendak pada hamba-Nya. Dan sepulang dari ziarah biasanya saya selalu merasa optimis suatu saat nanti Allah pasti memanggil saya untuk berkunjung ke rumah-Nya.
Kondisi seperti saya tersebut sungguh sangat wajar, karena seperti yang pernah kita dapatkan dalam pengajian, bahwa iman seseorang itu bisa naik dan bisa turun. Nah salah satu obat untuk bisa menjaga keimanan kita agar senantiasa stabil adalah berkumpul dengan orang-orang shalih, sebagaimana lagu yang dibawakan oleh Opick.
Tidak hanya iman saja yang bisa naik turun, tetapi keinginan kita untuk meraih cita-cita dan tujuan yang kita tetapkan bisa juga mengalami kondisi serupa. Untuk itulah banyak sekali pelatihan-pelatihan motivasi diadakan. Mulai dari yang gratisan hingga yang harga tiketnya puluhan jutaan rupiah!
Nah, begitu juga dengan motivasi menulis kita. Bisa naik dan bisa turun. Dan sekali lagi itu wajar.
Permasalahannya adalah, bagaimana memulihkannya?
Kalau saya, biasanya dengan mendatangi bedah buku atau diskusi yang pembicaranya adalah penulis-penulis terkenal / asing yang diadakan di perpustakaan kota. Cukup murah, karena tidak perlu bayar. Yang paling suka adalah menyerap energi para penulis itu. Apa saja yang saya serap? Banyak, ya proses keratifnya, ya tantangan dan kesululitan-kesulitan yang dia alami dan lain-lainnya. Nah, begitu pulang dari sana, saya selalu mendapatkan inspirasi untuk menulis lagi.
Sahabat sekalian, ada banyak cara untuk memulihkan motivasi menulis kita, salah satunya adalah dengan berkumpul dengan para penulis yang kita anggap lebih senior atau terkenal daripada kita.
Bagaimana dengan Anda? Atau anda punya cara lain?
***
Tulisan ini adalah rangkaian tulisan dalam kolom Writing Spirit di situs SuksesTersenyum
4 komentar:
assalamu'alaikum....waaaahhhhhhh rumah baru...mau saingan sama saya ya pak hehehehehehe..
mudahan kita juga bisa ke Baitullah
ahak ahak ahak ono sing berubah dadi jerapah...
barter link kita sobat
Posting Komentar
Monggo silahkan komentar di sini :D