Selasa, 27 Oktober 2009

Cak Man



Kalau anda pernah ke Malang dan termasuk penggemar bakso Malang, maka anda pasti tahu dengan Bakso Kota Cak Man!


Bagi anda, apa yang menarik dari bakso Cak Man? Penthol- nya yang empuk pas digigit? Atau, kuahnya yang sedap? Atau apanya?


Saya yakin jawaban kita bisa saja berbeda!


Tetapi satu hal yang menarik bagi saya dari Bakso Kota Cak Man adalah kisah sukses Cak Man, si anak desa, yang bisa membangun bisnis franchise yang mempunyai cabang di berbagai kota!






Cobalah baca biografi Cak Man yang biasanya ada di gerai-gerai baksonya, sungguh luar biasa. Hanya berbekal ijazah SD, si anak desa itu merantau ke kota Malang. Sesampai di kota Malang, dia melamar kerja sebagai pedagang bakso keliling yang dipikul dari kampung ke kampung. Bekerja dari satu juragan bakso ke juragan bakso lainnya, dengan penuh dedikasi! Kalau saya tidak salah ingat dia menimba ilmu dari 3 juragan bakso yang cukup tersohor di kota Malang saat itu.


Nah, setelah ada kesempatan untuk bisa mandiri, maka berbekal ilmu yang diperolehnya dari ketiga juragan bakso yang pernah diikutinya dia meramu sendiri baksonya – tentu dia memadukan keunggulan dari ketiganya!


Hasilnya?


Bakso yang khas Cak Man!


Lantas apa hubungannya dengan menulis?


Konon ada sebuah kisah, pada jaman Cina kuno dahulu, jika seorang pelukis pemula ingin menjadi mahir dan piawai dalam melukis, salah satu cara yang dilakukan adalah mencontek karya-karya lukisan dari pelukis terkenal.


Pelukis muda tadi akan mencontoh lukisan yang terbagus berulang kali hingga benar-benar mirip dengan yang asli, jika itu sudah bisa dilakukan maka tahapan untuk menjadi pelukis ahli tinggal selangkah saja.


Dari cerita itu maka muncul istilah copying the master!


Sahabat sekalian. Jika anda masih bigung untuk menemukan ide apa yang harus anda tulis, maka salah satu cara yang paling mudah adalah dengan meniru tulisan orang lain. Tentu ada perbedaan antara menulis dan melukis. Kalau melukis anda memang bisa benar-benar bisa mencontek lukisan aslinya, tetapi kalau dengan menulis anda bisa pakai pola ATM atau Amati, Tiru, Modifikasi!

Bagaimana konkritnya?

Anda pernah baca cerita wayang mbeling di harian Jawapos yang dimuat tiap hari ahad? Ya, kisah-kisah yang ada di cerita tadi memang secara garis besar sama dengan cerita-cerita wayang klasik hanya saja dibumbui dengan kejadian dan homor-humor yang lagi trend saat ini.

Ingin ilustrasi lainnya?

Boleh, kali ini di bidang musik, lihatlah apa yang dilakukan oleh Project Pop.

Ya, tepat! Membuat plesetan dari lagu-lagu terkenal!

Sudah jelas? Kalo iya, mari lanjutkan!

Begitu juga yang terjadi di dunia kepenulisan,
copying the master adalah hal yang wajar. Coba lihat ketika Ary Ginanjar berhasil mempopulerkan istilah ESQ (Emotional Spiritual Quotient atawa kecerdasan emosi spiritual) dalam bukunya dengan judul yang sama. Maka berbondong-bondong penulis lain menulis tentang tema dan topik yang sama. Dan sekali lagi tidak masalah!


Jadi?


Ayo kita coba teknik-teknik tadi!


Terakhir, mungkin ada yang bertanya. Kenapa saya kok menulis topik ini?


Jawabnya: Karena banyak yang sering mengeluh pada saya, mengapa saya kok sering tidak bisa menulis?


Biasanya dijawab sendiri: gara-gara gak punya ide atau inspirasi buat menulis!


Padahal kalau anda melakukan teknik copying the master atau ATM insya Allah nggak akan kehabisan ide untuk menulis.


Bukankah begitu saudara?


***
Tulisan ini adalah rangkaian tulisan dalam kolom Writing Spirit di situs SuksesTersenyum  

0 komentar:

Posting Komentar

Monggo silahkan komentar di sini :D

 

Tags

Related Resources

Site Info

Powered by FeedBurner

Followers

Writing Spirit! Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template